Tidak semua komunikasi berbentuk ucapan atau kata-kata. Terutama pada anak-anak berkebutuhan khusus. ABK seperti penyandang autisme cenderung menggunakan bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal untuk berkomunikasi. Sayangnya, orang tua kerap kali tidak memahami cara anak berkomunikasi. Inilah yang bisa menyebabkan anak tantrum, karena anak merasa hanya dengan tantrum orang tua akan memberikan apa yang mereka inginkan.
Selain itu, orang tua membutuhkan komunikasi untuk membangun kedekatan dengan anak. Komunikasi merupakan kunci membangun hubungan yang hangat. Komunikasi juga merupakan cara individu mengekspresikan diri, menyampaikan pikiran, perasaan, ketakutan, kebutuhan, dan keinginannya. Jika orang tua tidak memahami apa yang dikatakan oleh anak nonverbal, mereka tidak akan terhubung secara emosional.
Berkaca pada penjelasan di atas, orang tua dan pengasuh anak harus belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan anak nonverbal.
Definisi Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan pertukaran informasi melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerak tubuh, perilaku, dan lain-lain. Misalnya, tersenyum saat bertemu orang yang berarti ia menunjukkan keramahan, penerimaan, dan keterbukaan.
Komunikasi nonverbal sangat bergantung pada ekspresi dan gerakan tubuh anak. Sehingga untuk memahami apa yang anak nonverbal coba katakan, Anda harus memperhatikan setiap gerakan yang anak buat.
Komunikasi nonverbal dikaitkan dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Meskipun tidak ada diagnosis khusus yang mengklasifikasikan “Nonverbal Autism”. Istilah ini digunakan hanya untuk menyebut anak-anak yang berkomunikasi lebih banyak menggunakan gerakan daripada kata-kata. Mereka mungkin dapat mengulangi beberapa kata yang kita ucapkan, atau menunjuk sesuatu dan menyebutkan namanya dengan benar, tetapi belum bisa melakukan percakapan.
Jenis Komunikasi Nonverbal
Anak berkebutuhan khusus yang berkomunikasi secara nonverbal seperti penyandang autism biasanya menggunakan cara-cara sebagai berikut.
✔ Bahasa isyarat atau Makaton, yang merupakan sistem bahasa yang menggunakan tanda dan simbol.
✔ Bertepuk tangan, berkedip, menunjuk ke arah hal yang ia inginkan, dan gerakan motorik lainnya.
✔ Mengeluarkan suara, seperti memekik saat bahagia ataupun mendengus saat stres.
✔ Melalui sentuhan, misalnya menyentuh wajah seseorang untuk mengekspresikan kasih sayang.
✔ Mengarahkan tangan seseorang di dekatnya ke arah objek yang mereka inginkan.
✔ Menciptakan atau menghilangkan jarak antara dirinya dengan orang lain, untuk memberikan pesan tentang tingkat kenyamanan mereka maupun keinginan mereka tentang terhubung dengan orang lain.
Cara Berkomunikasi dengan Anak Nonverbal
Orang tua dan pengasuh anak penyandang autisme yang menggunakan komunikasi nonverbal pasti membuat Anda merasa kesulitan dalam membangun hubungan.
Berikut ini adalah strategi dan cara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan anak nonverbal.
Perhatikan Gerakan Anak saat Berkomunikasi
Ketika Anda memulai percakapan dengan anak, atau anak terlihat sedang berusaha berkomunikasi dengan Anda, perhatikanlah gerakan anak. Amati suara ataupun gerakan tubuhnya, lalu tanggapi. Ini akan membuat anak memahami konsep komunikasi bolak-balik.
Gunakan Bahasa Sederhana
Sangat penting untuk berbicara dengan cara yang dapat dimengerti oleh anak. Saat berkomunikasi dengan anak nonverbal, gunakanlah bahasa yang singkat. Misalnya sebutkan nama mainan yang sedang diambil anak dan katakan haus saat Anda mengambil segelas air.
Seiring berjalannya waktu, Anda dapat mencoba memperluas pemahaman anak dengan mulai meningkatkan kompleksitas dari kalimat yang digunakan secara bertahap. Misalnya, dari nama mainan, Anda dapat mengembangkannya menjadi “Itu boneka kamu”.
Selain itu, Anda juga dapat memberikan pilihan saat melakukan aktivitas sehari-hari, baik itu memilih mainan untuk dimainkan, makanan untuk dimakan, atau film yang akan ditonton. Tanyakan manakah yang anak lebih sukai, A atau B. Ini merupakan cara membiasakan anak mengungkapkan keinginannya.
Tirukan Anak Menggunakan Bahasa Tubuh
Gunakanlah bahasa nonverbal saat berkomunikasi dengan anak, misalnya dengan cara melebih-lebihkan gerakan tangan dan tubuh Anda saat berbicara. Ini adalah sebuah cara efektif untuk mengajarkan keterampilan bahasa tubuh yang nantinya akan membuka jalan komunikasi Anda dengan anak.
Selain itu, tirulah gerakan, ekspresi wajah, atau suara yang dibuat anak. Ini akan menunjukkan bahwa Anda ingin terlibat dengan mereka. Misalnya, jika mereka memekik dengan bahagia saat menonton, tirulah dengan melakukan hal yang sama. Lakukan hal ini secara rutin agar anak menyadari apa yang Anda lakukan dan mendorong ia untuk balik meniru gerakan Anda.
Kegiatan ini membutuhkan banyak kesabaran dan memakan waktu, karena tidak semua anak autisma memiliki kemampuan untuk meniru apa yang mereka lihat. Orang tua atau pengasuh harus terus berusaha hingga anak mulai memahami apa yang terjadi.
Gunakan Alat Bantu
Terkadang, anak mengetahui apa yang mereka inginkan, namun mereka tidak mengetahui kata yang mencerminkan keinginan tersebut. Maka dari itu, Anda dapat menggunakan alat bantu, seperti flash card atau gambar untuk membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
Teruslah Berbicara
Sangat penting untuk terus menggunakan bahasa verbal saat berkomunikasi. Ini akan membuat anak terbiasa dan seiring berjalannya waktu ia akan memahami makna dan cara berkomunikasi dengan verbal.
Lakukan Aktivitas Menyenangkan untuk Berkomunikasi
Temukanlah aktivitas sederhana yang menyenangkan untuk terhubung dan membangun hubungan yang hangat dengan anak. Saat melakukan aktivitas bersama, Anda memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan anak. Aktivitas yang dilakukan adalah yang disukai oleh anak, misalnya mewarnai, bermain lego, menyusun balok, dan lain-lain.
Terus Belajar Metode Komunikasi Lain
Belajar dan menggali informasi menjadi sangat penting bagi Anda untuk terus mengembangkan metode dalam mengajari anak berkomunikasi. Anda dapat menggali informasi dari internet, terapis, dokter, maupun guru.
Penutup
Saat membangun komunikasi dengan anak nonverbal, orang tua diharuskan untuk sabar dan telaten. Jika orang tua stres, anak juga akan ikut stres. Sehingga, Ayah dan Bunda sangat perlu menjaga kesehatan mental agar dapat mengajari anak dengan maksimal.
YCHI Admin
Zahratussyafiyah