info@ychiautismcenter.org +62 819-505-2009

Orang Tua, Ini 6 Cara Mendukung Proses Belajar Anak dengan Disgrafia

Setiap anak berhak atas pendidikan dan pendampingan dari orang tua, guru, dan lingkungan. Dalam mengenyam pendidikan, tidak jarang anak mengalami hambatan, terlebih lagi jika mereka mengalami gangguan belajar seperti disgrafia. Keberadaan pendamping bagi mereka memiliki makna yang penting dalam proses belajar dan tumbuh kembangnya.

Orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar berperan besar sebagai pendamping anak dengan gangguan belajar, khususnya disgrafia. Pendampingan yang berhasil akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi perkembangan akademik anak. Kesiapan dan ketelatenan orang tua dan keluarga merupakan kunci dari kesuksesan perkembangan anak. Ini akan semakin baik jika ditambah dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah dalam menyediakan lingkungan yang ramah anak berkebutuhan khusus.

Dalam mendampingi proses belajar anak dengan gangguan disgrafia, orang tua dan keluarga memerlukan pengetahuan tentang anak, keterampilan dalam mendampingi, serta ketelatenan. Hal-hal ini tidak bisa timbul dengan sendirinya, melainkan harus dilatih dan diasah. Pendamping perlu konsisten dan terbuka dengan pilihan bantuan yang ada.

Dalam artikel ini akan dibahas cara yang dapat orang tua gunakan untuk mendukung proses belajar anak dengan gangguan disgrafia.

Mengenal Disgrafia

Sebelum mengetahui cara mendukung mereka, alangkah baiknya kita mengenal gangguan belajar disgrafia.

Disgrafia merupakan gangguan yang ditandai dengan adanya hambatan dalam beberapa aspek menulis, termasuk mengeja, membaca, menulis, spasi dan ukuran kata, serta kesulitan mengekspresikan pikiran ke dalam tulisan.

Anak cenderung mengalami disgrafia jika memiliki tanda-tanda sebagai berikut.

1. Memiliki posisi tubuh, pergelangan tangan, dan posisi kertas yang tidak biasa saat menulis.

2. Mengalami hambatan dalam menulis bentuk huruf.

3. Sering terlambat menyelesaikan tugas menyalin tulisan.

4. Sering keliru menuliskan huruf b dengan p, v dengan u, dan lain sebagainya.

5. Kurang mampu konsisten menulis sesuai garis.

6. Kerap salah dalam mengeja dan menulis, dimana terdapat kata dan huruf yang tidak selesai atau hilang.

7. Kesulitan mengikuti aturan tata bahasa dan struktur kalimat yang benar saat menulis, namun mampu saat berbicara.

Orang tua dapat menggunakan tanda di atas sebagai acuan untuk mengetahui bahwa ada hambatan dalam perkembangan anak. Jika anak mengalami tanda-tanda di atas, bawalah anak berkonsultasi dengan tenaga profesional untuk mendapatkan informasi, diagnosis, dan rencana penanganan yang tepat. Hindari melakukan diagnosis pribadi, karena dapat berdampak buruk pada perkembangan anak.

Anak perlu mengikuti asesmen atau tes IQ untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan anak. Ini akan membantu Anda dalam menggali pengetahuan terkait anak dan merencanakan metode pendampingan.

Cara Mendukung Proses Belajar Anak Disgrafia

Sebagai orang tua dan keluarga, Anda dapat melakukan hal-hal sebagai berikut untuk mendukung proses belajar anak dengan gangguan disgrafia.

1. Menggunakan Alat Tulis yang Sesuai dengan Kebutuhan Anak

Disgrafia membuat anak kesulitan memahami jarak antar huruf, kata, dan kalimat. Untuk membantu mereka, orang tua dapat mengganti kertas bergaris dengan kertas grafik untuk lebih memudahkan anak. Selain itu, keterampilan motorik halus anak dengan disgrafia juga mempengaruhi kemampuannya dalam menggunakan alat tulis. Orang tua dapat menggunakan pensil khusus untuk memudahkan anak dalam menggunakannya.

2. Membantu Anak Merasakan Huruf

Pendekatan multi indera berpengaruh besar pada perkembangan anak dalam merasakan dan mempelajari huruf-huruf. Para ahli menyarankan orang tua mencoba mengajak anak melakukan aktivitas yang dapat membantunya fokus merasakan bagaimana sebuah huruf atau kata dituliskan, bukan hanya dengan melihat.

Misalnya, Anda dapat menggunakan jari untuk menulis sebuah huruf di punggung anak, lalu biarkan ia merasakan dan mengetahui huruf apa yang sedang dituliskan. Selain itu, anak dapat diminta untuk menutup mata saat Anda menuliskan huruf di telapak tangannya. Lalu, minta anak untuk menuliskan kembali huruf tersebut di telapak tangan Anda atau di selembar kertas.

Orang tua juga dapat membuat ini lebih menantang, seperti menulis kata atau kalimat dengan huruf kapital dan meminta anak menuliskannya kembali dengan huruf kecil, atau sebaliknya.

3. Latih Motorik Kasar Anak

Melatih motorik kasar dapat meningkatkan kekuatan dan stabilitas otot bahu, lengan, dan tangan anak. Ini akan mempermudah anak dalam memegang alat tulis dan memposisikan tubuhnya.

Orang tua dan keluarga dapat mengajak anak untuk bermain pasir dan menggunakan pasir sebagai media anak untuk menulis. Anak juga dapat diajak untuk berolahraga, seperti bermain basket, bulu tangkis atau tenis, mendorong sesuatu, dan lain-lain. Ini dapat dilakukan di halaman rumah ataupun di taman bermain. Selain itu, ajaklah anak untuk berenang.

4. Latih Motorik Halus Anak

Melatih motorik halus dapat meningkatkan kekuatan tangan, jari-jari dan pergelangan tangan anak. Motorik halus sangat berperan dalam keterampilan menulis anak. Kurangnya motorik halus akan menyebabkan anak kesulitan dalam memegang alat tulis.

Keterampilan motorik halus dapat berupa tindakan mengambil, melempar, menangkap, dan aktivitas koordinasi antara mata dan tangan.

Dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak, orang tua dapat mengajak anak melakukan aktivitas melempar dan menangkap bola, serta memotong kertas dengan gunting. Anak juga dapat diminta untuk bermain dengan tanah liat atau sejenisnya. Selain itu, latihlah anak untuk mencubit, memegang sumpit atau pinset, dan mengambil benda-benda kecil. Misalnya, dampingi anak menggunting kertas menjadi bagian-bagian kecil, lalu minta ia mengambil tiap potongan kertas tadi.

5. Ajari Anak untuk Mengetik dengan Keyboard

Mengetik dan keterampilan pengolahan kata dasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak dengan disgrafia. Ini akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan membantu anak mengurangi stres karena kesulitan menulis tangan. Sehingga, penggunaan keyboard komputer tidak membuat anak boleh berhenti belajar menulis. Aktivitas mengetik dilakukan berbarengan dengan latihan-latihan menulis yang diprogramkan untuk anak.

6. Latih Anak untuk Bercerita

Anak dengan disgrafia sering kali kesulitan mengatur dan mengekspresikan pikirannya. Dengan begitu, orang tua dan keluarga dapat membantu anak dengan melatihnya menceritakan sesuatu secara terstruktur. Misalnya, minta anak untuk bercerita tentang harinya, dimulai dengan deskripsi nama hari; kegiatannya pada pagi, siang, dan sore hari; serta perasaannya mengenai bagaimana hari itu berjalan. Ini dapat dilakukan setiap hari pada hampir semua pengalaman yang ingin anak Anda bagikan.

Orang tua juga dapat meminta anak untuk mengungkapkan ide-idenya secara lisan dan tertulis. Ini akan mendukung adanya kemajuan dari kemampuan anak.

Penutup

Disgrafia tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan anak Anda. Sehingga, jangan menyerah dan upayakan yang terbaik untuk mendukung proses belajarnya. Keterlambatan perkembangan menulis anak tidak berarti mereka tidak mampu menulis sama sekali. Dengan latihan yang kontinu dan ketelatenan orang tua, anak akan dapat berkembang menjadi lebih baik.

Tips di dalam artikel ini hanya bersifat pilihan dan saran. Selebihnya, orang tua lah yang lebih mengetahui metode apa yang paling tepat untuk mendukung anak.

YCHI Admin

Zahratussyafiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *