info@ychiautismcenter.org +62 819-505-2009

Penting UntuK Diketahui! Inilah Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Orang tua ataupun calon orang tua terkadang memiliki kekhawatiran mengenai kondisi anak mereka atau anak yang akan mereka lahirkan nanti. Setiap orang tua menginginkan anak yang sempurna. Namun di kehidupan nyata, ada keluarga-keluarga yang dikaruniai anak dengan kebutuhan khusus.

Apapun kondisi yang dimiliki anak, dia tetaplah anugerah yang dititipkan oleh Tuhan kepada orang tua. Mereka memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Anak berkebutuhan khusus berhak atas kasih sayang dan pendidikan. Selain itu, mereka juga memiliki hal istimewa yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain.

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang memerlukan penanganan dan perawatan khusus karena memiliki kelainan dan gangguan atau hambatan pada perkembangan dan pertumbuhannya.

Faktor internal, eksternal, atau faktor gabungan antara keduanya dapat menyebabkan individu menjadi anak berkebutuhan khusus. Anak dengan keluarbiasaan ini dapat lahir di keluarga manapun tanpa memandang kelas sosial dan pendidikan orang tua.

ABK memerlukan penanganan khusus karena mengalami gangguan pada tumbuh kembangnya. Selain berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus pun memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Setiap ABK membutuhkan penanganan yang berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing anak. Sehingga, kita perlu memahami jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) agar dapat menentukan perawatan yang tepat untuk anak.

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

ABK dikelompokkan ke dalam tiga jenis kelainan, yaitu sebagai berikut.

1. Kelainan Fisik

Kelainan fisik merupakan kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Abnormalitas ini menyebabkan individu tidak dapat menjalankan fungsi tubuhnya secara normal. Kelainan fisik meliputi gangguan pada alat indera, kelainan pada fungsi organ, kelainan pada otot dan tulang, serta kelainan pada anggota tubuh yang disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak sempurna.

2. Kelainan Mental

Kelainan fisik meliputi kelainan yang terjadi pada aspek mental, seperti gangguan pada kemampuan berpikir kritis dan logis dalam menanggapi lingkungan di sekitarnya. Kelainan ini dapat bersifat lebih (supernormal) dan bersifat kurang (subnormal).

Kelainan Perilaku Sosial

Kelainan perilaku sosial meliputi individu yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain.

Individu yang mengalami kelainan ini sering bentrok dengan lingkungan dan melakukan pelanggaran norma.

Dengan mengetahui jenis kelainan yang dialami anak berkebutuhan khusus, orang tua dapat memberikan stimulus kepada anak agar ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, orang tua juga dapat menentukan penanganan khusus untuk mendukung perkembangan anak.

Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Berikut adalah 13 jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

1. Tunanetra

Tunanetra adalah merupakan salah satu tipe ABK yang ditandai dengan adanya gangguan pada daya penglihatan, baik sebagian maupun mengalami kebutaan total. Penyandang kondisi ini mengalami masalah dalam penglihatan yaitu kesulitan dalam menggerakkan mata ke kiri dan kanan.

Tunanetra dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu tunanetra berat (totally blind), tunanetra sedang (partially sighted), dan tunanetra ringan (low vision).

Kondisi ini berpengaruh terhadap perkembangan dan proses belajar penyandangnya. Individu tunanetra memerlukan metode pembelajaran yang berbeda. Anak perlu diberikan arahan mengenai bagaimana cara mengekspresikan diri dan perasaan serta menyampaikan pesan.

2. Tunarungu

Tunarungu merupakan hilangnya atau berkurangnya kemampuan individu dalam mendengar, baik bersifat sebagian atau keseluruhan. Biasanya, individu dengan kondisi ini memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang terhambat. Hal ini karena individu kurang mampu mendengar bahasa.

Anak tunarungu memiliki intelegensi yang sama dengan anak pada umumnya. Hal yang mengganggu kemampuan anak dalam berprestasi adalah kemampuannya dalam memahami pelajaran yang disampaikan secara verbal.

Anak tunarungu membutuhkan penanganan khusus dalam hal berkomunikasi dan lingkungan yang berbahasa intensif agar ia mampu memahami pelajaran dan berprestasi seperti anak pada umumnya.

3. Tunadaksa

Tunadaksa juga diartikan sebagai gangguan motorik. Tunadaksa merupakan tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami kelainan atau gangguan pada sistem tulang, otot, dan persendian. Individu yang mengalami kondisi ini terlihat dari adanya anggota tubuh yang tidak sempurna.

Tunadaksa dapat dibedakan menjadi 6, yaitu kelainan bawaan lahir atau keturunan (Seperti cretinism, polydactylism, dan herelip); kelainan saat kelahiran (Seperti erb’s palsy dan fragilitas osium); kelainan karena infeksi (Seperti poliomyelitis, tuberkulosis pada tulang dan lutut atau sendi lain); kelainan karena traumatik (Seperti amputasi, patah tulang, dan kecelakaan); kelainan karena tumor (Seperti exostosis dan osteosit fibrosa cystica); serta kelainan karena kondisi lainnya (Seperti flat feet, lordosis, dan rickets).

Anak tunadaksa membutuhkan perawatan khusus untuk mengembangkan dan melatih kemampuan motoriknya.

4. Tunawicara

Tunawicara adalah kelainan dimana penyandangnya mengalami kesulitan dalam berbicara. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya alat berbicara, seperti rongga mulut, lidah, langit-langit mulut, dan pita suara. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh gangguan pada pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kelainan pada sistem saraf dan struktur otot, serta kurang mampunya individu dalam mengontrol gerak.

Anak tunawicara membutuhkan penanganan khusus untuk membantunya dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Anak dapat diajarkan menggunakan bahasa isyarat dan dibiasakan membaca gerakan mulut lawan bicaranya untuk memudahkan anak dalam berkomunikasi.

5. Tunalaras

Tunalaras merupakan kondisi dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Kondisi ini menyebabkan anak berperilaku menyimpang, mengalami gangguan dalam perkembangan emosi dan sosial, sehingga merugikan diri dan lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa tunalaras merupakan salah satu kelainan emosi dan perilaku.

Individu penyandang tunalaras ditandai dengan mudah tersinggung dan marah, merasa tertekan, mudah cemas, serta sedih.

Anak tunalaras membutuhkan adanya suasana harmonis dalam keluarga dan dukungan dari tenaga profesional untuk membantu membangun psikologis anak menjadi lebih baik.

. Tunagrahita

Tunagrahita yang juga dikenal sebagai retardasi mental merupakan kondisi dimana individu mengalami gangguan dan keterbatasan perkembangan mental-intelektual dan memiliki kemampuan komunikasi di bawah rata-rata, sehingga ia mengalami hambatan dalam melakukan tugas-tugasnya.

Seseorang dapat dinyatakan tunagrahita apabila menunjukkan ciri-ciri, diantaranya memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, tidak mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi, serta mengalami hambatan dalam perilaku sosial saat individu berusia 13 tahun.

Anak tunagrahita membutuhkan penanganan khusus dari orang tua dan tenaga profesional. Anak memerlukan contoh dan arahan yang jelas, sederhana, dan konsisten agar mudah dipahami.

7. Gangguan Ganda

Gangguan ganda merupakan kondisi dimana anak memiliki dua atau lebih gangguan. Indikator dari kondisi ini yaitu memiliki dua hambatan yang masing-masingnya membutuhkan penanganan khusus berupa layanan pendidikan khusus, teknologi, dan memerlukan modifikasi khusus.

8. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD)

Anak dengan kondisi ini mengalami gangguan dalam pengendalian diri, sulit fokus, dan menunjukkan perilaku yang hiperaktif dan impulsif yang menyebabkan adanya gangguan dalam berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi.

9. Autisme

Autisme merupakan gangguan kompleks pada saraf yang mempengaruhi kemampuan individu dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku.

Anak autistik membutuhkan peran keluarga untuk mengajaknya berinteraksi agar ia tidak hanyut dalam dunianya sendiri. Anak juga memerlukan intervensi yang melibatkan tenaga profesional.

10. Berkesulitan Belajar

Anak yang mengalami kesulitan belajar memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar yang mencakup pemahaman, penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis. Hal ini mempengaruhi kemampuan anak dalam berpikir, membaca, berhitung, dan berbicara.

Anak dengan kondisi ini memerlukan metode dan pendekatan khusus untuk mempermudah anak dalam memahami pelajaran.

11. Lamban Belajar

Anak dengan kondisi ini memiliki kemampuan intelektual sedikit di bawah rata-rata, namun belum termasuk ke dalam gangguan mental. Anak yang lamban belajar membutuhkan waktu lebih lama dan memerlukan arahan berulang-ulang agar dapat menyelesaikan tugas-tugasnya.

12. Gangguan Komunikasi

Individu yang mengalami gangguan ini mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal, seperti bahasa, suara, irama, dan kelancaran dalam berbicara.

13. Gifted atau Anak Berbakat

Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan yang unggul dalam aspek kecerdasan, kreativitas, teknik, sosial, estetika, fisik, dan memiliki tanggung jawab yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak seusianya.

Anak berbakat membutuhkan penanganan dan metode pembelajaran khusus agar ia dapat mewujudkan potensi yang dimilikinya.

Penutup

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang memiliki keunikan dan keluarbiasaan tersendiri. Sehingga, mereka memerlukan orang tua yang luar biasa juga untuk mendukung mereka dalam bertumbuh dan berkembang.

Orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional agar lebih memahami kondisi anak dan dapat merencanakan penanganan yang tepat untuk anak.

YCHI Admin

Zahratussyafiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *